ad1

Maraknya Pinjol, Dampak Atau Pemicu Gaya Hidup Konsumtif?

Pinjol, Dampak Atau Pemicu Gaya Hidup Konsumtif?


Pernahkah Sobat Dy menerima panggilan suara dari seseorang dengan nada kasar dan hendak menagih utang dari rekan atau keluarga? Sedangkan Sobat Dy tidak tahu mengetahui tentang peminjaman melalui penyedia jasa peminjaman dana secara digital atau pinjaman online tersebut.

Saat ini dengan kemajuan teknologi sedemikian pesatnya membuat semuanya terasa lebih mudah, termasuk peminjaman sejumlah dana. Masyarakat dengan mudahnya mendapatkan dana pinjaman hanya dengan melakukan beberapa tahapan. 

Terlepas dana tersebut digunakan untuk menambah modal atau untuk biaya sekolah atau untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup konsumtif. Beragam alasan seseorang untuk meminjam sejumlah uang. 

Jujurly beberapa pertanyaan berkecamuk di pikiran saya terkait pinjaman online terutama dengan alasan memenuhi gaya hidup konsumtif. Apakah gaya hidup konsumtif sudah menjadi kebutuhan di era modern ini? Apakah adanya pinjaman online memicu seseorang untuk konsumtif atau pinjaman online merupakan dampak perilaku konsumtif?


Gaya Hidup Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang dan cenderung berlebihan di luar batas wajar. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kepuasan pribadi dan tanpa mempertimbangkan barang atau jasa yang dibeli dibutuhkan atau tidak.

Jika sudah tidak terkendali maka perilaku konsumtif dapat menjadi gaya hidup. Hal ini mungkin akan berdampak buruk pada kehidupan pribadi seseorang terkait kondisi keuangan dan kejiwaannya. Seseorang tersebut akan mengusahakan sejumlah dana untuk memenuhinya. Apalagi saat ini fasiltas tersebut dapat dengan mudah diakses, seperti pinjaman online, pay later, cicilan.

Berikut beberapa contoh perilaku konsumtif:

Gengsi yang tinggi

Gengsi merupakan salah satu sifat buruk yang terkait dengan harga diri, martabat atau kehormatan. Umumnya orang yang gengsi tidak ingin dianggap remeh oleh orang lain. Sehingga seseorang akan melakukan segalanya untuk mencapai status sosial tertentu dan tidak diremehkan.


Gemar hidup mewah

Perilaku konsumtif secara tidak langsung membuat seseorang menyukai kemewahan. Gaya hidup hedonisme atau gaya hidup yang menyukai kemewahan akan dilakukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Ada rasa bangga yang menyeruak jika dapat menikmati kemewahan


Keinginan belanja tinggi

Keinginan belanja tinggi merupakan pemicu perilaku konsumtif terutama jika dipicu beberapa hal, di antaranya diskon besar-besaran, sedang kesal dan mengobati kekesalan dengan cara belanja, kemudahan berbelanja online.

Tanpa disadari barang yang dibeli hanya akan menumpuk dan tidak digunakan, karena saat belanja tidak mempertimbangkan mengapa belanja barang tersebut.


FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO kerap melanda seseorang yang tidak ingin ketinggalan trend baik trend busana ataupun trend lainnya. Sehingga seseorang akan berusaha agar tidak ketinggalan tren


Penyebab Gaya Hidup Konsumtif

Beberapa faktor mempengaruhi seseorang untuk berperilaku konsumtif baik dari pribadi seseorang tersebut maupun dari lingkungan, yaitu:

Media sosial

saat ini seseorang dengan mudahnya upload status sedang makan di resto atau staycation atau sedang melakukan sebuah perjalanan. Hal ini kadang membuat seseorang ingin melakukan hal yang serupa dengan yang dilihatnya di media sosial.


Kemudahan mendapatkan pinjaman dana

Kemudahan mendapatkan pinjaman dana atau metode pembayaran yang dapat dilakukan di kemudian hari (pay later) juga dapat memicu seseorang untuk berbelanja walaupun seseorang tidak memiliki cukup dana untuk membayar semua barang atau jasa yang dibelinya. Sehingga akan menyebabkan akumulasi utang.


Tekanan sosial

Berada dalam lingkungan yang konsumtif juga dapat mempengaruhi bahkan mengubah sikap seseorang menjadi konsumtif pula. Demi tetap berada dalam lingkungan tersebut, seseorang rela mengeluarkan uang lebih banyak entah untuk belanja atau untuk hal lain yang bersifat konsumtif pula.


Minimnya literasi keuangan

Seseorang yang kurang memiliki pengetahuan keuangan cenderung kurang menyadari konsekuensi yang timbul karena gaya hidup konsumtif. Hal ini terjadi karena hanya ikut-ikutan sehingga dapat menjebaknya dalam lingkaran pengeluaran yang tidak terkendali.


Gaya hidup imitatif 

Demi mencapai sebuah kepopuleran atau gengsi kadang seseorang rela untuk menyewa barang untuk dikenakannya dan diunggah di media sosial seolah-olah barnag tersebut miliknya. Hal ini terjadi karena adanya dorongan untuk meniru publik figur yang bergaya hidup mewah


Dampak Gaya Hidup Konsumtif

Sobat Dy jika berdasarkan definisi dan perilaku konsumtif kok rasanya banyak buruknya ya dan harus dihindari, apalagi jika menimbulkan dampak seperti berikut :

  • Tidak dapat mengendalikan nafsu belanja
  • Tidak dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan
  • Uang belanja habis untuk belanja barang yang sebetulnya kurang atau bahkan tidak diperlukan.
  • Boros 
  • Mengurangi kesempatan menabung atau bahkan tidak dapat menabung
  • Mudah iri dengan barang atau kehidupan orang lain
  • Tidak memiliki dana darurat untuk masa depannya
  • Munculnya utang yang mungkin tidak terbayar 
  • Ketidakmampuan menghadapi krisis
  • Rendahnya kualitas hidup
Dampak yang timbul mungkin lebih banyak lagi. Pertanyaan berikutnya apakah gaya hidup konsumtif akan dipertahankan jika telah mengetahui dampak buruknya?


Hindari Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif ternyata lebih banyak membawa keburukan, baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Oleh karena itu tuk hindari perilaku konsumtif dengan cara berikut:

Tentukan skala prioritas

Dalam menentukan skala prioritas utamakan kebutuhan terlebih dahulu kemudian keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu baik barang maupun jasa yang harus dipenuhi agar kehidupan tetap berlangsung. Misalnya makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan.

Sedangkan keinginan adalah suatu hal yang ingin dimiliki baik saat ini maupun akan datang. Seandainya tidak terpenuhi tidak mempengaruhi kehidupan seseorang tersebut. Selain itu, keinginan dapat dipengaruhi hobi, status sosial, lingkungan, kepentingan, dan tujuan.


Buat anggaran yang jelas

Sobat Dy dapat membuat anggaran belanja dan anggaran kebutuhan lain yang jelas, misalnya bayar SPP sekolah, bayar listrik, biaya berobat. Kemudian biaya kebutuhan lain baru menyusul.

Tentukan juga batas anggaran agar anggaran belanja tetap terkendali. Saya biasanya membuat anggaran belanja di awal bulan, termasuk anggaran tabungan dan investasi saya sisihkan di awal bulan. 


Stop membandingkan diri dengan orang lain

Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau, padahal rumput di rumah kita sendiri tak kalah hijau. Selain itu standar tiap orang pun berbeda-beda. Jadi stop membandingkan diri sendiri dengan orang lain, karena hanya akan menimbulkan iri.

Kebahagiaan bukan diukur dengan banyaknya harta bukan? Ciptakan bahagia versi Sobat Dy masing-masing, tak perlu mencarinya.


Utang Konsumtif vs Produktif

Apakah gaya hidup konsumtif terkait dengan pinjaman online? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa saat ini orang dapat dengan mudah memperoleh pinjaman. Cukup dengan menunjukkan dokumen pribadi, seperti KTP, NPWP, KK, dan slip gaji maka sejumlah rupiah akan diterima dari pemberi jasa pinjaman.

Kadang seseorang tersebut tidak memperhatikan apakah pemberi pinjaman tersebut terdaftar dan dilindungi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebuah lembaga yang bertugas menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan.

Salah satu penyebabnya adalah rendahnya literasi keuangan masyarakat Indonesia. Hal ini juga dapat menyebabkan masyarakat terjebak pada pinjaman online ilegal. Sehingga debitur atau seseorang yang meminjam uang dapat terjebak pada jeratan utang hingga tidak mampu membayarnya. Saya akan membahas pinjaman online pada artikel terpisah ya.

Seseorang yang memiliki gaya hidup konsumtif mungkin juga dapat terjebak pada pinjaman online untuk memuaskan hasratnya berbelanja. Sayangnya orang tersebut tidak mempertimbangkan bunga pinjaman yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan bunga lembaga keuangan konvensional. Serta kemampuan untuk membayar utang.

Pinjaman yang dilakukan untuk memenuhi keinginan pribadi disebut dengan utang konsumtif. Sedangkan pinjaman yang dilakukan untuk mendapatkan nilai lebih disebut utang produktif. 

Berdasarkan pengertian tersebut maka dana yang digunakan untuk pelunasan utang konsumtif berasal dari dana lain yang diperoleh penghutang atau debitur. Sedangkan pelunasan utang produktif berasal dari dana hasil usaha yang dilakukan.

Utang konsumtif hanya akan membuat seseorang semakin terperosok dalam lilitan utang  karena usahanya untuk memenuhi gaya hidup konsumtifnya. Beda halnya dengan utang produktif yang mendatangkan laba karena usaha yang dilakukannya.

Namun, agar lebih optimal untuk pengelolaannya sebaiknya utang produktif dilakukan pada lembaga yang mempunyai program pemberian pinjaman modal usaha, salah satunya adalah bank.


Penutup

Jika melihat dampak buruk gaya hidup konsumtif maka sebaiknya tidak melanjutkannya. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan keuangan dan mengelola keuangan untuk masa depan yang lebih baik. Artikel terkait mengelola keuangan akan dibahas terpisah.

Menurut saya maraknya pinjaman online yang ada saat ini merupakan dampak sekaligus pemicu gaya hidup konsumtif. Selain itu stop gaya hidup konsumtif jarena hanya akan merugikan diri sendiri. Bagaimana menurut Sobat Dy? Tulis di kolom komentar ya. 

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI. Semoga artikel ini bermanfaat ya.


Referensi

1. https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/gaya-hidup-konsumtif/

2. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-bandung/baca-artikel/15276/Perilaku-Konsumtif-Pembawa-Petaka-Di-Era-Modern.html

3. https://sahabat.pegadaian.co.id/artikel/inspirasi/konsumtif-adalah 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

ad2